Kisah buah mangga |
Suatu ketika, Ada seorang Santri yang gagal terus dalam berusaha.
- Mau kuliah, tidak lulus tes.
- Mau kerja, tidak diterima.
- Mau nikah, ditolak calon mertua.
- Mau Buka usaha, malah ditipu.
dan berbagai masalah lain.
Hingga akhirnya, ia silaturahim lagi kepada kyainya.
untuk menanyakan apakah takdir nya seperti itu.
Atau sebenarnya karena diuji saja.
Setibanya di rumah kyai, dan duduk di ruang tamu.
obrolan pun dimulai.
Santri : "Pak kyai, kenapa ya, saya sudah berusaha, saya sudah berikhtiar, kenapa masih saja gagal? Apakah takdirku memang begini?"
Pak Kyai pun menjawab dengan bijaknya...
Kyai : "Santriku, apakah kamu sudah berdoa, minta sama Allah?"
Santri : "Sudah pak kyai, saya sudah berdoa dan masih saja gagal"
Kyai : "Sebenarnya, kalau sudah berusaha, kamu sudah semakin dekat dengan kesuksesan, jangan menyerah dan jangan berhenti berdoa.
Disaat seperti ini lah, iblis mendorong kamu untuk putus asa"
Santri pun menjawab : "Insya Allah pak Kyai, saya akan terus berusaha.
Mohon doanya mudah-mudahan hajat saya diijabah sama Allah"
Karena masih penasaran, Santri itupun bertanya lagi...
"Tapi pak Kyai, apakah sebenarnya takdir saya seperti ini? bisa nggak kita mengubahnya? Saya amat sangat ingin berhasil pak Kyai"
Lalu, Kyai yang bijak itu terdiam...
Lalu tiba-tiba dia berkata:
Kyai : "Begini deh, sekarang kamu ikut saya ke kebun mangga di belakang rumah saya"
Santri pun heran, kenapa malah diajak ke kebun mangga, apakah dia akan diajak makan mangga untuk menghibur dirinya.
Dia masih penasaran, tapi segan untuk bertanya.
Lalu Pak kyai itu menjelaskan : "coba kamu lihat buah mangga di kebun saya ini, ada yang beda nggak?"
Santri penjawab : "Kalau aneh di buahnya si nggak pak kyai, tapi yang beda dari pohon mangga lainnya ada"
Kyai : "Apa yang beda?"
Santri : "Yang beda, di setiap buah, ada sebuah kertas, yang dibungkus plastik, dan didalamnya ada dua tanggal"
Kyai : "Nah, sekarang coba kamu lihat lagi setiap kertas di setiap buah. kira kira jaraknya berapa lama?"
Santri : "Sebentar ya pak kyai, saya ambil kalkulator dulu, hehehe..."
Lalu santri tersebut menghitung, dan membandingkan dengan tanggal pada buah mangga lainnya.
Kemudian dia berkata:
"Ternyata semua sama Pak kyai, yaitu 120 hari. Di buah yang ini, tertulis 1 Februari sampai 31 Mei
Sedangkan di buah yang itu, tertulis 10 Februari, dan disebelahnya tertulis 10 Juni "
Kyai : "Jadi, saya menulis di tulisan setiap mangganya, agar semua mangga tersebut matang disaat yang tepat.
tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua"
Pak kyai pun melanjutkan...
"Saya menulis tanggal pertama untuk tanggal tepat saat berbunga, dan saya memperkirakan 120 hari kemudian, buah ini saya panen"
Santri : "oooh begitu, jadi, mangga yang disebelah njenengan akan dipetik 3 hari lagi ya pak kyai???"
Tanya santri dengan penasarannya...
Lalu Pak Kyai pun melihat mangga tersebut, dan menciumnya...
kemudian Pak kyai pun berkata : "hm... kayaknya sekarang waktu yang pas buat dipetik. "
Santri : "Loh, kan harusnya 3 hari lagi pak Kyai? Jadi nggak sesuai dengan tulisan itu dong?"
Pak Kyai menjawab : "Nggak apa-apa, toh setelah saya cium baunya, sudah matang kok, jadi ya saya petik sekarang aja, sekalian kita makan bareng abis ini di ruang tamu.
Nah, sekarang tolong ambilkan pisau di dapur ya, saya tunggu di ruang tamu"
Sesampainya di ruang tamu, sambil menikmati buah mangga yang manis, pak Kyai pun melanjutkan nasehatnya ke muridnya.
"Jadi, takdir itu seperti dua tanggal yang kamu lihat tadi,
Allah sudah menetapkan kapan kamu ketemu jodoh, berapa rezekimu, dan kapan ajal menjemputmu"
"Semua sudah Allah tetapkan di awal, jauh sebelum kamu diciptakan"
"Tapi, ketika kamu hidup, kamu diberikan hak untuk memilih, mau bermalas-malasan atau rajin.
Mau berdoa atau tidak, mau menyantuni fakir miskin atau mengabaikannya
Sehingga, dari pilihan yang kamu pilih, Allah Maha Melihat, Mana hambaNya yang terbaik"
Pak Kyai berhenti sejenak karena dia tidak makan sambil berbicara.
Lalu setelah habis dia melanjutkan...
"Terus, kalau Allah melihat ada kepantasan dari Hamba Nya, dia berhak untuk mengubah takdir"
Santri pun langsung bertanya : "Jadi, takdir bisa diubah ya Pak Kyai?"
"Bisa, bukan kita yang mengubah, tapi Allah lah yang mengubah takdirmu.
Allah itu, Mukholafatuhu Lilhawaditsi, atau tidak bisa diumpamakan dengan segala sesuatu,
Tapi biar kamu paham, kamu saya ajak tadi ke kebun mangga saya.
Bukan berarti saya dimiripkan dengan Allah, tapi seperti yang saya lakukan tadi,
Kalau saya melihat mangga sudah masak, walaupun belum waktunya, ya saya petik.
Jadi, saya petik mangga di kebun, kalau sudah waktunya. bukan menurut tanggal yang tertulis.
Kadang sudah waktunya dipetik, nggak saya petik karena belum matang
Kadang saya petik jauh sebelum waktunya."
Santri pun mengangguk, tanda paham...
Pak Kyai pun melanjutkan...
"Jadi, bisa jadi, Allah melihat kamu belum pantas untuk kuliah tahun ini, siapa tau kalau kamu kuliah sekarang malah ketemu pacar dan malah berujung zina.
mungkin juga Allah melihat kamu nggak cocok kerja di perusahaan yang kamu lamar soalnya Allah siapin perusahaan yang lebih baik buat kamu.
Gitu juga kenapa kamu nggak jadi nikah sama itu, mungkin Allah siapkan jodoh yang lebih baik.
Dan kenapa kamu pernah buka usaha dan bangkrut, ditipu, Itu mungkin kode dari Allah untuk bisnis lain yang lebih baik.
Jadi, Allah itu ngasih ke kamu sampai kamu PANTAS menerimanya.
Bisa jadi kamu pengen sesuatu karena menurutmu itu baik, Padahal Allah Yang Maha Tahu kalau yang terbaik bukan itu.
Teruslah berusaha sampai kamu merasa PANTAS menerima yang kamu inginkan, dan terus berdoa, jangan sampai nyerah.
Kamu ingat kan, hadist yang dulu pernah saya sampaikan saat ceramah?"
Santri pun menjawab: "Hehehe.. maaf pak Kyai, udah lupa"
Lalu Pak kyai pun menyampaikan satu hadist :
Rasulullah SAW Bersabda : “Tidak ada yang dapat menolak taqdir (ketentuan)Allah ta’aala selain do’a. Dan Tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.” (HR Tirmidzi 2065).
No comments:
Write komentar