TUGAS KITA ADALAH BERUSAHA, SELEBIHNYA BIARLAH TUHAN DENGAN KUASANYA

 
Ruang remaja merupakan media kreasi sahabat remaja. Ulasanya begitu komplek dan real dengan yang dialami sahabat remaja.

Kerap kita berfikir bahwa orang lain mendapat nasib yang baik melebihi yang kita terima. Dalam artian kita merasa bahwa nasib yang kita alami adalah nasib buruk. Ah alangkah menyenangkanya jika aku seperti itu, betapa bersyukurnya aku jika menjadi dia, seharusnya aku yang mendapatkan hal itu dan tentunya akan aku manfaatkan sebaik mungkin, tidak seperti dia.

Pemikiran tersebut kerap kita jumpai walau kadang muncul secara spontan. Namun apakah benar bahwa pemikiran tersebut ? Tiap orang pasti memiliki garis nasib berbeda, beragam. Tiap makhluk pasti terikat benang takdir yang telah dituliskan skrip oleh Yang Maha Mengetahui.

Sehingga ada yang berduit banyak dan bingung menghabiskanya, ada yang membutuhkan duit sehingga perlu untuk bekerja tak kenal wakru. Ada yang cerdas dengan pemikiranya, ada yang butuh untuk memahami sesuatu sehingga harus belajar kepada orang cerdas tersebut.
Sering kali kita mengeluh karena ketidak adilan dunia yang dirasakan. Ketika menganggap diri kita yang layak mendapat imbal balik dari sebuah usaha, namun justru orang lain yang mendapatkanya.

Sebagai contoh ada seorang yang telah membuka usaha kuliner dengan konsep yang matang. Mulai dari nama yang unik, lokasi strategis, cara promosi, hingga target pelanggan telah disiapkan dengan baik. Namun yang terjadi justru diluar dugaan, usaha kuliner tersebut sepi. Satu bulan dua bulan tiga bulan dan berbulan-bulan yang terjadi bukanya untung, namun justru balik modal saja sulit. Alhasil dengan realita tersebut diputuskanlah untuk menhentikan usaha kulinernya dengan mencoba beternak.

Seperti halnya usaha kuliner, menjadi peternakpun telah dia persiapkan dengan matang. Bahkan telah dia lakukan istilah magang kepada peternak yang telah sukses. Namun yang terjadi justru lebih parah dari usaha  kulinernya. Ternaknya banyak yang mati. Sebelum banyak yang mati dan kerugian semakin besar maka dia putuskan untuk menjual ternaknya walau belum layak jual.

Orang tersebut kemudian ingat petuah Kyai ketika belajar dipondok pesantren dulu. Jika dia sebaiknya menjadi guru mengaji didaerahnya ketika selesai mondok. Dengan berat hati untuk mengisi kegiatan dan memalingkan pikiran galau karena usahanya tak kunjung menemui titik untung, maka dia putuskan untuk mengajar ngaji sesuai petuah Kyai pondok pesantrenya dulu.

Ketika dia mengajar ngaji, ada satu orang tua muridnya yang mengajak ngobrol. Orang tua murid tersebut memiliki keinginan untuk membuka usaha namunbingung mau membuka usaha apa. Sang guru ngajipun akhirnya bercerita tentang usahanya kuliner dan ternaknya yang telah kandas dan berakhir dengan kerugian.

Namun tak disangka orang tua murid tersebut justru tertarik untuk membuka usaha kuliner sesuai ide guru ngaji tersebut. Karena dia berfikir bahwa ide dan konsep kuliner tersebut sangat bagus dan menguntungkan. Singkat cerita beberapa tahun kemudian dia kembali bercerita kepada guru ngaji bahwa usahanya mengalami keuntungan luar biasa.

Dia berencana memperbesar rumah sang guru ngaji tersebut sebagai rasa terima kasih karena telah memberikan ide untuk membuka usaha kuliner. Namun tawaran tersebut ditolak oleh guru ngaji tersebut. Dia memberikan pilihan bahwa jika memang benar mau berterimakasih maka cukup bangunlah masjid tempat anak-anak mengaji. Sang ustad bertanya apa yang membedakan idenya dengan yang dilakukan orang tua siswa tersebut sehingga usahanya bisa berkembang pesat? Orang tua siswa tersebut menjawab dengan yakin bahwa dia melakukan persis sesuai ide ustad dan tidak menambahi suatu hal apaun. Bertahun-tahun masjid tersebut dibangun dengan donatur tetap adalah orang yang sukses usaha kuliner atas cerita ustad tersebut.

Hingga kini masjidnya menjadi besar seperti sebuah pondok pesantren. Seperti itulah kehidupan, segalanya selalu seimbang dan telah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Belum tentu yang berduit banyak mendapatkan kebahagiaan.

Nasib setiap makhuk telah digariskan dengan peran, tugas dan porsi yang berbeda-beda. Keberuntungan tidak dapat ditiru, segalanya hanya perlu untuk diusahakan.
Selebihnya Tuhanlah yang berkuasa menentukan. (RuangRemaja)
No comments:
Write komentar